Hai
kawan-kawan aku ada cerita dikit nihh buat kalian, semoga kalian suka!! ;-)
Ketika Cinta
9 Tahun lagi
Seperti biasanya siang itu nesya
dan devan meyempatkan diri untuk bermain-main disebuah jembatan yang biasa
mereka kunjungi usai pulang sekolah. Jembatan itulah yang menjadikan mereka
sebuah sahabat,mereka sangat senang sekali jika bermain-main dijembatan itu,
awal persahabatan mereka ketika duduk dibangku kelas 1 sd nesya datang sebagai
murid baru disekolah devan . kini mereka duduk dibangku kelas 3 sd.
Usai mereka bermain tiba-tiba
mama devan menjemput. “Devan” “panggil mamanya” ayo kita pulang sayang,
sekalian makan siang di mall ya!! Lanjut mamanya.
“Sama nesya ya ma?”
“maaf sayang, kata mamanya nesya ada urusan
keluarga yang harus segera diselesaikan , mama tadi sudah bicara dengan mama
nesya”
“ya.... kalau nggak ada
nesya devan nggak bisa senang dong ma” :’(
Siang itu juga papa nesya dipindah tugaskan ke amerika, namun nesya
tidak mengetahui hal itu, orang tuanya sengaja tidak memberikahukannya hingga
keesokan harinya disekolah nesya.
“anak-anak pagi ini ibu guru mau memberitahukan
kalau hri ini teman “nesya” akan pindah sekolah, jadi ucapkan selamat tinggal
pada nesya”
Nesya dan Devan hanya tercengang mengetahui hal itu, seakan tidak
percaya, Devan menarik tangan nesya dan membawanya ke jembatan.
“Nesya mengapa kamu tidak memberitahukanku terlebih dahulu kalau kamu
mau pindah. “teriak Devan”
“aku tidak tau van, aku baru tau ketika bu guru
mengatakannya tadi” ucap nesya menangis.
“baik kita janji, 9 tahun lagi kita akan bertemu
lagi disini. Tanggal ini, hari ini, bulan ini dan yang pasti tahun juga
berganti”
“baik van kau janji”
“dan kita memberi nama jembatan ini dengan nama senja. “jembatan senja”
Dari jauh mama nesya memanggilnya.
“Nesya ayo berangkat”
“iya ma”
Nesya mengucapkan selamat tinggal pada Devan,
begitu pula Devan.
“selamat tinggal van,kita akan bertemu 9 tahun lagi” ucap nesya
“selamat tinggal nes hati-hati”
Akhirnya Nesya berangkat ke Amerika , meninggalkan
Devan.
9 Tahun berlalu , kini Devan tumbuh sebagai
seorang pemuda yang di idolakan banyak cewek disekolahnya. Devan kini telah
duduk dibangku SMU ia memiliki 3 orang sahabat, ia juga sering mengajak mereka
di jembatan senja bahkan Devan menjadikannya tempat berkumpul temannya, namun
Devan tidak tidak pernah memberitahukan nama jembatan yang ia buat dengan nesya
pada teman-temannya.
Suatu ketika “siska” pacar Devan menemui Devan yang
berada dikelas.
“Van ada yang pengen gue bicarain ke loe” ucap
siska seraya menggeret Devan ke kantin.
“kemarin loe kemana aja, gue tunggu loe nggak
dateng-dateng padahal gue udah nunggu loe lama”
“sorry sis kemarin gue nganterin adik gue pulang
dari rumah sakit”
“oh jadi gitu, loe lebih mentingin adik loe dari
pada gue ya..!!
“eh asal loe tau ya, gue kan udah bilang gue nggak
pernah suka sama loe, loenya aja yang ngejar-ngejar gue”
“ok kalau begitu kita putus” ucap siska seraya
menguji
“gue setuju, emang dari dulu gue benci sama loe!”
“tapi van aku tadi tidak bersungguh-sungguh, aku
tadi hanya menguji”
“sudahlah lupakan aku” ucap Devan meninggalkan
Siska, kembali ke kelasnya.
Hari itu juga nesya pulang ke jakarta. Bagai
bidadari yang turun dari langit, nesya terlihat lebih cantik. Nesya pun
bersekolah di tempat Devan sekolah. Ia berjalan melewati halaman sekolah
mencari ruang kepsek.
Akhirnya Nesya pun bertanya kepada Aldo, anak yang
paling misterius disekolah itu, karena semenjak kecil Aldo dirawat neneknya.
Dia tidak pernah sedikit pun mendapat kasih sayang dari orang tuanya.
“hmm permisi, ruang kepsek dimana ya?”
“lurus saja lalu belok ke kiri” ucapnya
menggerakkan tangan tnpa menoleh ke arah nesya.
“oh....he-eh...” ucap Nesya meninggalkan Aldo”
sinis banget sih tuh anak ucapnya lembut.
Saat Nesya akan berbelok ia bertabrakan dengan
Devan dan Devan tidak saling kenal.
“maaf ya” ucap Nesya
“iya” jawab Devan
Setelah ke ruang kepsek. Nesya ditempatkan di
kelas 3A satu kelas dengan Aldo anak misterius itu. Semenjak pertemuan itulah
sikap Aldo berubah, yang semula tidak pernah bicara kini mulai sedikit bicara.
Nesya pun menuju kelas 3A disana dia melihat Aldo sedang duduk sendiri di
bangkunya.
“eh kamu anak yang tadi ya, makasih ya udah
beritahu aku ruang kepsek,oh iya nama kamu siapa??” tanya Nesya
“Aldo” jawabnya kaku tanpa menoleh.
Siang itu sepulang sekolah Devan dan temannya
berhenti di jembatan senja. Devan tampak gembira hari itu, teman-temannya heran
dengan sikap Devan.
“van nanti sore jadi nggak?”
“sorry bro gue udah ada janji sembilan tahun yang
lalu dengan seseorang hari ini tanggal ini, bulan ini dan tahun ini juga.
“siapa?”
“pokoknya seseorang”
Lalu merreka pun pulang. Menjelang sore Devan pun
berangkat ke jembatan senja dia menunggu Nesya datang, selama itu juga Devan
telah menulis puisi pada salah satu tiang di jembatan senja.
Tiba-tiba dari timur muncull sebuah mobil
mendekati dia, ketika Nesya turun jantung Devan seolah berhenti berdetak dengan
apa yang dilihatnya. Sore itu Nesya kelihatan cantik. Nesya pun mendekati Devan
“van kamu Devan kan?”
“Nesya, apa benar itu kamu, mm kamu yang nabrak
aku tadi pagi”
“oh jadi itu kamu van”
Nesya melirik ke arah tangan Devan yang dari tadi
menulis puisi ditiang tadi.
“apa itu van coba lihat??” tanya Nesya
Ketika cinta ...?? “apa maksudnya van” tanya Nesya
“oh puisi ini aku buat tadi selama aku nunggu
kamu”
“bagus banget”
“sayang semenjak kecil kita belum mengerti apa itu
cinta, tapi sekarang kita pasti tau apa itu cinta”
Setelah mereka berbincang-bincang Nesya pun
mengantar Devan pulang, ketika Devan berjalan di arah mobil Nesya tiba-tiba
Devan pingsan, lalu Nesya meminta tolong kepada orang-orang untuk cepat-cepat
memasukkan Devan ke mobil Nesya dan segera dibawa ke rumah sakit.
Setelah Devan terbangun, ternyata Devan Cuma
pingsan saja. Namun kata dokter “2 hari lagi harus kembali ke rumah sakit untuk
diperiksa lagi”
Dua hari berlalu Devan kemali ke rumah sakit untuk
diperiksa.
“apa dok tumor??” ucap Devan terbelalak seteloh dokter
memvonisnya. Terkena tumor otak yang sudah membesar.
“apa tidak bisa diangkat dok atau yang lainnya?”
“tidak bisa, tumormu sudah cukup besar, kalau pun
diangkat. Bisa jadi kecelakaan dan nggak ada harapan lagi untukmu hidup” jelas
dokter itu” sudahlah umurmu tinggal beberapa hari lagi,pertahankan ya!”
lanjutnya kata-kata yang diucap dokter. Devan seakan tidak percaya penyakit
yang dideritanya membuat ia putus asa. Ia terus saja menghindari dari Nesya
selama 1 minggu ia tidak pernah menemui Nesya lagi.
Hingga suatu hari
“van aku pengen ngomong sama kamu van” ucap nesya
lirih”
“gak ada yang perlu dibicarain!!” bentak Devan
meninggalkan Nesya.
“kenapa akhir-akhir ini kamu menghindar dariku?”
tanya Nesya menghentikan langkahnya
“bukan urusan loe, loe nggak perlu ikut campur,
pergilah, lupakan aku”
“aku nggak bisa ngelupain kamu van”
“aku membencimu” sahut Devan lalu pergi
meninggalkan Nesya.
Nesya hanya terpaku, tiba-tiba air matanya
mengucur. Semenjak saat itu Devan sering tidak masuk sekolah, sudah 2 minggu
ini Devan membolos, Nesya seakan-akan bersalah atas semua itu. Aldo dan Vella
mencoba menenangkan keadaan Nesya.
Akhirnya Aldo dan Vella memutuskan untuk mengajak Nesya
ke puncak dengan tujuan agar ia dapat melupakan Devan.
Namun usahanya sia-sia. Sewaktu di perjalanan akan
pulang, aldo berhenti didepan toko untuk membeli air mineral, nesya turun dari
mobil saat ia palingkan badannya ke belakang dari kejauhan ia melihat seorang
pria dengan segerombol anak-anak menuntun anak-anak kecil ke dalam bus, pria
itu ternyata devan. Nesya yang mengetahui itu berteriak memanggil devan lalu
mengejar bus itu.
“van, devan tunggu aku ha...hah.....hah” ucapnya,
nafasnya tersengal-sengal
Aldo pun menghampiri Nesya.
“kenapa sya??” tanya aldo
“bus itu do, devan naik bus itu sama ank-ank
kecil” ucap nesya menahan nafasnya
“kamu masih ingat sama devan?? Sya nggak mungkin
Devan disini”
“tapi aku tadi benar-benar melihat Devan do”
“hmm mungkin kamu terlalu sedih, aku yakin itu
bukan Devan nggak mungkin dia disini”
“hah mungkin benar yang kau katakan do, itu bukan
Devan”
Akhirnya mereka ber3 pulang...
Tak lama kemudian Devan pun berubah fikiran, ia
membuat surat dan menitipkan ke nenek aldo. Lalu neysa pergi kerumah aldo untuk
menjenguk aldo.
“do ini aku Nesya, kanapa kamu bisa sakit seperti
ini” tanya nesya.
“nes maafkan aku, aku membuat kamu sedih”
“iya do aku memaafkan kamu dari kemarin”
Lalu nenek aldo memberikan surat yang diberikan devan
pada nesya.
“nak”
“iya nek” ucap nesya memalingkan badan.
“ini surat dari nak devan, tadi ia kemari
menitipkan surat ini pada nenek.
Segera ia membuka dan membaca surat devan.
Dear: Nesya
Sya
sebelumnya aku minta maaf kalau aku waktu itu berkata kasar padamu dan pergi
begitu saja meninggalkanmu, sya sebenernya aku ngelakuin ini demi mu. Aku
menghindar darimu karena aku nggak mau membuatmu bersedih. Aku mengidap tumor
otak tak lama lagi hidupku berakhir, jadi aku ingin kamu meneruskan puisi yang
belum aku karang waktu itu, pergilah sekarang juga. Aku mencintaimu nesya.
With love: Devan
Nesya melipat kembali surat itu dan segera
berpamitan pada nenek aldo dan memberikan sedikit uangnya untuk berobat aldo.
Segera ia masuk ke dalam mobil dan pergi ke jembatan senja. Sesampainya disana,
nesya meneruskan puisi devan.
“ketika cinta...??”
“cinta adalah sesuatu yang indah yang bisa membuat
orang bahagia kadang juga membuat orang sengsara, cinta akan terus bahagia bila
kita saling mencintai walau harus berpisah. Seperti aku dan kamu, kita saling
mencintai tapi aku akan pergi. Kau akan bahagia bila kau tetap mencintaiku
walaupun pergi jauh” suara itu tidak asing lagi ditelinga Nesya. Usai
menghentikan kata-kata nesya segera memalingkan badannya.
“devan” teriaknya memeluk devan.”
“mengapa kau menyembunyikan itu dariku van?”
“sudahlah jangan terlalu difikirkan dan jangan
pernah menangis oke!”
“baik”
“sya meskipun hidupku nggak lam lagi, aku akan
jadi kembang api yang indah untukmu walaupun hanya sekejap pasti itu akan
membuatmu senang”
“van udah jangan katakan itu lagi”
Tiba-tiba kepala devan terasa pusing, wajahnya
pucat pasi, namu devan tetap memaksa tubuhnya untuk tidak jatuh.
“van wajah kamu pucat sekali, kamu kenapa van, apa
perlu aku belikan obat”
“tidak perlu yang bisa menyembuhkan hanya kamu,
nes kamu jangan sedih ya kalau aku harus pergi sekarang. Aku akan selalu
disisimu kalau kau terus mencintaiku. Walau aku pergi, ucap devan seraya
memeluk nesya.
“udah van kamu jangan menakutiku dengan
kata-katamu tadi, aku mencintaimu van”
Nesya mulai ketakutan saat devan tak kunjung
melepaskan dekapannya.
“van kamu nggak apa-apa kan?? Kamu tak
membohongiku kan??”
Lalu nesya melepaskan pelukannya dari devan. Devan
yang ternyata sudah meninggal di pelukan nesya, jatuh disamping nesya. Nesya
spontan berteriak.
“DDDDDEEEEEEEEVVVVVAAAANNNNN” teriak nesya air
matanya kembali mengucur tak tertahankan, “ tuhan mengapa kau tak memberikannya
hidup, padahal aku ingin tetap menjaganya mengapa kau begitu kejam”
Nesya menghapus air matanya lalu mengeluarkan
spidol yang tadi ia bawa dan menulis kembali kata yang diucap devan sebelum ia
pergi.
“kau memang kembang apiku van yang pernah
membuatku senang walau itu hanya sekali!”
Ucapnya usai menulis, ia juga menuliskan nama
devan dan namanya dibawa puisi itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar