Selasa, 10 Maret 2015

Ketika Cinta


Hai kawan-kawan aku ada cerita dikit nihh buat kalian, semoga kalian suka!! ;-)




Ketika Cinta
9 Tahun lagi
Seperti biasanya siang itu nesya dan devan meyempatkan diri untuk bermain-main disebuah jembatan yang biasa mereka kunjungi usai pulang sekolah. Jembatan itulah yang menjadikan mereka sebuah sahabat,mereka sangat senang sekali jika bermain-main dijembatan itu, awal persahabatan mereka ketika duduk dibangku kelas 1 sd nesya datang sebagai murid baru disekolah devan . kini mereka duduk dibangku kelas 3 sd.
Usai mereka bermain tiba-tiba mama devan menjemput. “Devan” “panggil mamanya” ayo kita pulang sayang, sekalian makan siang di mall ya!! Lanjut mamanya.
“Sama nesya ya ma?”
“maaf sayang, kata mamanya nesya ada urusan keluarga yang harus segera diselesaikan , mama tadi sudah bicara dengan mama nesya”
                      “ya.... kalau nggak ada nesya devan nggak bisa senang dong ma” :’(
         Siang itu juga papa nesya dipindah tugaskan ke amerika, namun nesya tidak mengetahui hal itu, orang tuanya sengaja tidak memberikahukannya hingga keesokan harinya disekolah nesya.
“anak-anak pagi ini ibu guru mau memberitahukan kalau hri ini teman “nesya” akan pindah sekolah, jadi ucapkan selamat tinggal pada nesya”
               Nesya dan Devan hanya tercengang mengetahui hal itu, seakan tidak percaya, Devan menarik tangan nesya dan membawanya ke jembatan.
        “Nesya mengapa kamu tidak memberitahukanku terlebih dahulu kalau kamu mau pindah. “teriak Devan”
“aku tidak tau van, aku baru tau ketika bu guru mengatakannya tadi” ucap nesya menangis.
“baik kita janji, 9 tahun lagi kita akan bertemu lagi disini. Tanggal ini, hari ini, bulan ini dan yang pasti tahun juga berganti”
           “baik van kau janji”
          “dan kita memberi nama jembatan ini dengan nama senja. “jembatan senja”
Dari jauh mama nesya memanggilnya.
“Nesya ayo berangkat”
“iya ma”
Nesya mengucapkan selamat tinggal pada Devan, begitu pula Devan.
                 “selamat tinggal van,kita akan bertemu 9 tahun lagi” ucap nesya
                  “selamat tinggal nes hati-hati”
Akhirnya Nesya berangkat ke Amerika , meninggalkan Devan.

9 Tahun berlalu , kini Devan tumbuh sebagai seorang pemuda yang di idolakan banyak cewek disekolahnya. Devan kini telah duduk dibangku SMU ia memiliki 3 orang sahabat, ia juga sering mengajak mereka di jembatan senja bahkan Devan menjadikannya tempat berkumpul temannya, namun Devan tidak tidak pernah memberitahukan nama jembatan yang ia buat dengan nesya pada teman-temannya.
Suatu ketika “siska” pacar Devan menemui Devan yang berada dikelas.

“Van ada yang pengen gue bicarain ke loe” ucap siska seraya menggeret Devan ke kantin.
“kemarin loe kemana aja, gue tunggu loe nggak dateng-dateng padahal gue udah nunggu loe lama”
“sorry sis kemarin gue nganterin adik gue pulang dari rumah sakit”
“oh jadi gitu, loe lebih mentingin adik loe dari pada gue ya..!!
“eh asal loe tau ya, gue kan udah bilang gue nggak pernah suka sama loe, loenya aja yang ngejar-ngejar gue”
“ok kalau begitu kita putus” ucap siska seraya menguji
“gue setuju, emang dari dulu gue benci sama loe!”
“tapi van aku tadi tidak bersungguh-sungguh, aku tadi hanya menguji”
“sudahlah lupakan aku” ucap Devan meninggalkan Siska, kembali ke kelasnya.
Hari itu juga nesya pulang ke jakarta. Bagai bidadari yang turun dari langit, nesya terlihat lebih cantik. Nesya pun bersekolah di tempat Devan sekolah. Ia berjalan melewati halaman sekolah mencari ruang kepsek.
Akhirnya Nesya pun bertanya kepada Aldo, anak yang paling misterius disekolah itu, karena semenjak kecil Aldo dirawat neneknya. Dia tidak pernah sedikit pun mendapat kasih sayang dari orang tuanya.
“hmm permisi, ruang kepsek dimana ya?”
“lurus saja lalu belok ke kiri” ucapnya menggerakkan tangan tnpa menoleh ke arah nesya.
“oh....he-eh...” ucap Nesya meninggalkan Aldo” sinis banget sih tuh anak ucapnya lembut.
Saat Nesya akan berbelok ia bertabrakan dengan Devan dan Devan tidak saling kenal.
“maaf ya” ucap Nesya
“iya” jawab Devan
Setelah ke ruang kepsek. Nesya ditempatkan di kelas 3A satu kelas dengan Aldo anak misterius itu. Semenjak pertemuan itulah sikap Aldo berubah, yang semula tidak pernah bicara kini mulai sedikit bicara. Nesya pun menuju kelas 3A disana dia melihat Aldo sedang duduk sendiri di bangkunya.
“eh kamu anak yang tadi ya, makasih ya udah beritahu aku ruang kepsek,oh iya nama kamu siapa??” tanya Nesya
“Aldo” jawabnya kaku tanpa menoleh.
Siang itu sepulang sekolah Devan dan temannya berhenti di jembatan senja. Devan tampak gembira hari itu, teman-temannya heran dengan sikap Devan.
“van nanti sore jadi nggak?”
“sorry bro gue udah ada janji sembilan tahun yang lalu dengan seseorang hari ini tanggal ini, bulan ini dan tahun ini juga.
“siapa?”
“pokoknya seseorang”
Lalu merreka pun pulang. Menjelang sore Devan pun berangkat ke jembatan senja dia menunggu Nesya datang, selama itu juga Devan telah menulis puisi pada salah satu tiang di jembatan senja.
Tiba-tiba dari timur muncull sebuah mobil mendekati dia, ketika Nesya turun jantung Devan seolah berhenti berdetak dengan apa yang dilihatnya. Sore itu Nesya kelihatan cantik. Nesya pun mendekati Devan
“van kamu Devan kan?”
“Nesya, apa benar itu kamu, mm kamu yang nabrak aku tadi pagi”
“oh jadi itu kamu van”
Nesya melirik ke arah tangan Devan yang dari tadi menulis puisi ditiang tadi.
“apa itu van coba lihat??” tanya Nesya
Ketika cinta ...?? “apa maksudnya van” tanya Nesya
“oh puisi ini aku buat tadi selama aku nunggu kamu”
“bagus banget”
“sayang semenjak kecil kita belum mengerti apa itu cinta, tapi sekarang kita pasti tau apa itu cinta”
Setelah mereka berbincang-bincang Nesya pun mengantar Devan pulang, ketika Devan berjalan di arah mobil Nesya tiba-tiba Devan pingsan, lalu Nesya meminta tolong kepada orang-orang untuk cepat-cepat memasukkan Devan ke mobil Nesya dan segera dibawa ke rumah sakit.
Setelah Devan terbangun, ternyata Devan Cuma pingsan saja. Namun kata dokter “2 hari lagi harus kembali ke rumah sakit untuk diperiksa lagi”
                                               
Dua hari berlalu Devan kemali ke rumah sakit untuk diperiksa.
“apa dok tumor??”  ucap Devan terbelalak seteloh dokter memvonisnya. Terkena tumor otak yang sudah membesar.
“apa tidak bisa diangkat dok atau yang lainnya?”
“tidak bisa, tumormu sudah cukup besar, kalau pun diangkat. Bisa jadi kecelakaan dan nggak ada harapan lagi untukmu hidup” jelas dokter itu” sudahlah umurmu tinggal beberapa hari lagi,pertahankan ya!” lanjutnya kata-kata yang diucap dokter. Devan seakan tidak percaya penyakit yang dideritanya membuat ia putus asa. Ia terus saja menghindari dari Nesya selama 1 minggu ia tidak pernah menemui Nesya lagi.
Hingga suatu hari
“van aku pengen ngomong sama kamu van” ucap nesya lirih”
“gak ada yang perlu dibicarain!!” bentak Devan meninggalkan Nesya.
“kenapa akhir-akhir ini kamu menghindar dariku?” tanya Nesya menghentikan langkahnya
“bukan urusan loe, loe nggak perlu ikut campur, pergilah, lupakan aku”
“aku nggak bisa ngelupain kamu van”
“aku membencimu” sahut Devan lalu pergi meninggalkan Nesya.
Nesya hanya terpaku, tiba-tiba air matanya mengucur. Semenjak saat itu Devan sering tidak masuk sekolah, sudah 2 minggu ini Devan membolos, Nesya seakan-akan bersalah atas semua itu. Aldo dan Vella mencoba menenangkan keadaan Nesya.
Akhirnya Aldo dan Vella memutuskan untuk mengajak Nesya ke puncak dengan tujuan agar ia dapat melupakan Devan.
Namun usahanya sia-sia. Sewaktu di perjalanan akan pulang, aldo berhenti didepan toko untuk membeli air mineral, nesya turun dari mobil saat ia palingkan badannya ke belakang dari kejauhan ia melihat seorang pria dengan segerombol anak-anak menuntun anak-anak kecil ke dalam bus, pria itu ternyata devan. Nesya yang mengetahui itu berteriak memanggil devan lalu mengejar bus itu.
“van, devan tunggu aku ha...hah.....hah” ucapnya, nafasnya tersengal-sengal
Aldo pun menghampiri Nesya.
“kenapa sya??” tanya aldo
“bus itu do, devan naik bus itu sama ank-ank kecil” ucap nesya menahan nafasnya
“kamu masih ingat sama devan?? Sya nggak mungkin Devan disini”
“tapi aku tadi benar-benar melihat Devan do”
“hmm mungkin kamu terlalu sedih, aku yakin itu bukan Devan nggak mungkin dia disini”
“hah mungkin benar yang kau katakan do, itu bukan Devan”
Akhirnya mereka ber3 pulang...

Tak lama kemudian Devan pun berubah fikiran, ia membuat surat dan menitipkan ke nenek aldo. Lalu neysa pergi kerumah aldo untuk menjenguk aldo.
“do ini aku Nesya, kanapa kamu bisa sakit seperti ini” tanya nesya.
“nes maafkan aku, aku membuat kamu sedih”
“iya do aku memaafkan kamu dari kemarin”
Lalu nenek aldo memberikan surat yang diberikan devan pada nesya.
“nak”
“iya nek” ucap nesya memalingkan badan.
“ini surat dari nak devan, tadi ia kemari menitipkan surat ini pada nenek.
Segera ia membuka dan membaca surat devan.
Dear: Nesya
 Sya sebelumnya aku minta maaf kalau aku waktu itu berkata kasar padamu dan pergi begitu saja meninggalkanmu, sya sebenernya aku ngelakuin ini demi mu. Aku menghindar darimu karena aku nggak mau membuatmu bersedih. Aku mengidap tumor otak tak lama lagi hidupku berakhir, jadi aku ingin kamu meneruskan puisi yang belum aku karang waktu itu, pergilah sekarang juga. Aku mencintaimu nesya.
                                                                                                 With love: Devan

Nesya melipat kembali surat itu dan segera berpamitan pada nenek aldo dan memberikan sedikit uangnya untuk berobat aldo. Segera ia masuk ke dalam mobil dan pergi ke jembatan senja. Sesampainya disana, nesya meneruskan puisi devan.
“ketika cinta...??”
“cinta adalah sesuatu yang indah yang bisa membuat orang bahagia kadang juga membuat orang sengsara, cinta akan terus bahagia bila kita saling mencintai walau harus berpisah. Seperti aku dan kamu, kita saling mencintai tapi aku akan pergi. Kau akan bahagia bila kau tetap mencintaiku walaupun pergi jauh” suara itu tidak asing lagi ditelinga Nesya. Usai menghentikan kata-kata nesya segera memalingkan badannya.
“devan” teriaknya memeluk devan.”
“mengapa kau menyembunyikan itu dariku van?”
“sudahlah jangan terlalu difikirkan dan jangan pernah menangis oke!”
“baik”
“sya meskipun hidupku nggak lam lagi, aku akan jadi kembang api yang indah untukmu walaupun hanya sekejap pasti itu akan membuatmu senang”
“van udah jangan katakan itu lagi”
Tiba-tiba kepala devan terasa pusing, wajahnya pucat pasi, namu devan tetap memaksa tubuhnya untuk tidak jatuh.
“van wajah kamu pucat sekali, kamu kenapa van, apa perlu aku belikan obat”
“tidak perlu yang bisa menyembuhkan hanya kamu, nes kamu jangan sedih ya kalau aku harus pergi sekarang. Aku akan selalu disisimu kalau kau terus mencintaiku. Walau aku pergi, ucap devan seraya memeluk nesya.
“udah van kamu jangan menakutiku dengan kata-katamu tadi, aku mencintaimu van”
Nesya mulai ketakutan saat devan tak kunjung melepaskan dekapannya.
“van kamu nggak apa-apa kan?? Kamu tak membohongiku kan??”
Lalu nesya melepaskan pelukannya dari devan. Devan yang ternyata sudah meninggal di pelukan nesya, jatuh disamping nesya. Nesya spontan berteriak.
“DDDDDEEEEEEEEVVVVVAAAANNNNN” teriak nesya air matanya kembali mengucur tak tertahankan, “ tuhan mengapa kau tak memberikannya hidup, padahal aku ingin tetap menjaganya mengapa kau begitu kejam”
Nesya menghapus air matanya lalu mengeluarkan spidol yang tadi ia bawa dan menulis kembali kata yang diucap devan sebelum ia pergi.
“kau memang kembang apiku van yang pernah membuatku senang walau itu hanya sekali!”
Ucapnya usai menulis, ia juga menuliskan nama devan dan namanya dibawa puisi itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar